welcome to my site

Senin, 20 Juni 2011

PEMANFAATAN DAUN UBI KAYU SEBAGAI PAKAN TERNAK


BAB I
PENDAHULUAN
Pakan merupakan salah satu faktor penting keberhasilan suatu usaha peternakan untuk memperbaiki kualitas produksi peternakan, maka yang dilakukan adalah memperbaiki kualitas pakan yang diberikan. Wilayah Indonesia yang beriklim tropis mempengaruhi ketersediaan bahan pakan khususnya bahan pakan hijauan yang merupakan bahan pakan utama ternak ruminansia. Iklim tropis umumya dicirikan dengan melimpahnya bahan pakan hijauan terutama pada saat musim penghujan sedangkan pada musim kemarau sulit untuk mendapatkan bahan pakan hijauan. Dengan demikian maka kontinuitas dari bahan pakan menjadi masalah yang cukup serius dalam melaksanakan suatu usaha peternakan.
Disamping upaya pengawetan dan pengolahan limbah hijauan, peternak juga bias memanfaatkan limbah atau hasil samping produk pertanian maupun industry sebagai bahan pakan ternak. Pengolahan pakan dari hasil samping produk pertanian maupun industri dapat dijadikan alternatif pakan baru yang lebih murah dan lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan pakan jadi yang mempunyai harga jual tinggi. Pengolahan limbah dengan penerapan prinsip teknologi mampu meningkatkan kandungan bahan tersebut, mengingat bahwa sebagian besar limbah pertanian masih mengandung nilai nutrisi yang tinggi hanya saja pemanfaatannya terhambat dengan adanya anti nutrien. Oleh karena itu sebagian besar usaha pengolahan limbah dititik beratkan pada upaya penghilangan anti nutrien sehingga pemanfaatan nutrien lain dapat meningkat.
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran peluang pemanfaatan limbah pertanian sebagai alternatif bahan pakan ternak yang efektif untuk menekan biaya produksi dengan kandungan nutrient yang mengimbangi bahan pakan konvensional sumber karbohidrat lainnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pakan menempati biaya terbesar dari keseluruhan biaya produksi ternak, yaitu sekitar 60 – 80% biaya produksi, selain itu kandungan nutrisi dalam pakan juga sangat berpengaruh pada kondisi fisiologis dan tingkat produktivitas ternak. Sehingga penyusunan pakan atau ransum hendaknya memenuhi syarat kecukupan nutrien sesuai dengan kebutuhan ternak serta secara ekonomi memiliki harga yang terjangkau (Hardiyanto et al., 2002). Salah satu upaya baik untuk menekan biaya produksi maupun meningkatkan kualitas gizi pakan perlu adnaya penerapan teknologi pengolahan pakan agar efisiensi penggunaan pakan dapat tercapai. Hal ini juga dapat menunjang peningkatan penghasilan peternak dengan penekanan biaya produksi.
Upaya peningkatan ketersediaan pakan membuat limbah menjadi primadona baru sebagai sumber pakan yang jarang digunakan peternak (bahan pakan inkonvensional), limbah ini dapat berupa limbah pertanian, limbah industri maupun limbah peternakan. Bahan-bahan inkonvensional memiliki karakteristik sebagai berikut :
merupakan hasil akhir suatu produksi yang sudah tidak dapat digunakan ataupun di daur-ulang
merupakan bahan organik yang berbentuk padat dan cairan
nilai ekonominya rendah dibandingkan biaya pengumpulan dan pemrosesan
merupakan sumber fermentable carbohydrat
pakan inkonvensional berupa limbah buah-buahan merupakan sumber energi yang sangat tinggi kualitasnya
pakan inkonvensional berupa limbah tanaman pangan merupakan bahan bulky dengan kandungan serat kasar tinggi dan nitrogen rendah
beberapa pakan inkonvensional mempunyai efek racun
perlu teknologi untuk membentuk menjadi bahan pakan yang siap digunakan
perlu informasi komposisi nutrisi dan faktor antinutrisi
Ketersediaan limbah pertanian di Indonesia khususnya daun ubi kayu sangat melimpah dan belum termanfaatkan dengan baik. Tanaman ubi kayu (Manihot utilisima) yang termasuk famili Euphorbhiaceae juga dikenal dengan nama lokal kaspe, budin, sampen ataupun singkong. Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan mudah hampir di semua jenis tanah dan bersifat tahan terhadap serangan hama maupun penyakit. Ubi kayu pada umumnya ditanam untuk diambil umbinya sebagai sumber karbohidrat utama. Perbandingan jumlah tops (daun, daun dan cabang) dengan umbi yang dihasilkan untuk varietas lokal adalah 1 : 1 sedangkan pada varietas unggul adalah 3 : 2. Daun ubi kayu mempunyai kulit serta lapisan kayu yang berbentuk bulat dan berongga; terisi oleh lapisan gabus. Pada tanaman dewasa persentase bagian-bagian tops adalah 81% daun/cabang, 7% daun dan 12% tangkai (MONTALDO, 1973). Daun ubi kayu dapat tumbuh mencapai diameter ≤ 3,5 cm. Daun ini tidak begitu keras namun tinggi kandungan seratnya. Selain untuk benih/stek daun ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai partikel pembuat kertas karton, bahan bakar serta bersama-sama dengan daun dan umbi dihancurkan sebagai pakan sapi maupun babi (GRACE, 1977).
Kandungan daun ubi kayu berdasarkan bahan kering dapat dilihat pada table berikut :

BK 88,46%
PK 25,51%
SK 24,29%
BETN 34,7%
Sumber : Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, IPB (2008)

Selain kandungan tersebut di atas, daun ubi kayu juga mengandung HCN dan Xanthophyl. HCN atau asam sianida merupakan zat anti nutrisi yang keberadaannya mampu menghambat pemanfaatan protein, akan tetapi kandungan HCN pada daun ubi kayu sangat rendah (lebih rendah dari pada HCN yang terkandung dalam umbi dan batang) sehingga dapat hilang dengan pemanasan atau penjemuran. Xanthophyl merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning telur pada magnum (Sabrina et al., 1997).

BAB III
METODE PENGOLAHAN
Metode pengolahan yang dilakukan adalah dengan pembuatan tepung daun ubi kayu yang dijadikan sebagai suplemen pakan untuk ternak itik. Bahan yang digunakan yaitu daun ubi kayu. Sedangkan alat yang digunakan adalah blender, tempat penampung tepung daun ubi kayu.
Metode yang dilakukan adalah daun ubi kayu dikering udarakan hingga kandungan airnya mencapai 15%, kemudian daun ubi kayu diblender hingga menjadi tepung, agar tepung daun ubi kayu tidak mudah terkontaminasi oleh jamur maka tepung dijemur agar tidak lembab dan tahan lama.
Secara skematis pembuatan tepung daun ubi kayu adalah sebagai berikut :


BAB IV
HASIL DAN DISKUSI
Berdasarkan hasil telaah pustaka yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil bahwa daun ubi kayu merupakan bahan yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai bahan pakan ternak, terutama sebagai additive untuk ternak itik maupun unggas petelur lainnya. Hal ini dikarenakan kandungan Xanthophyl pada daun ubi kayu yang mampu member pewarnaan pada kuning telur sehingga warna kuning telur menjadi lebih pekat, sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sabrina et al. (1997) bahwa Xanthophyl merupakan salah satu jenis protein yang mampu mempengaruhi pewarnaan kuning telur pada magnum. Selain itu adanya HCN pada daun ubi kayu dapat hilang denagn adanya pemanasan atau penjemuran daun yang mampu mengakibatkan zat anti nutrisi tersebut ditekan keberadaannya.
Penggunaan daun ubi kayu sebagai additive pakan ternak itik, menurut jurnal yang berjudul Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Itik pada Kelompok Tani Harapan Baru Desa Jambak Pitalah Kec. Batipuh Kab. Tanah Datar yang ditulis oleh Sabrina et al. (1997) menunjukkan bahwa pertumbuhan itik yang mengkonsumsi ransum menggunakan bahan inkonvensional dengan tambahan tepung daun ubi kayu 5% mempunyai pertumbuhan 80 dan 75 % lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan itik yang diberi pakan jadi dari pabrik. Selain itu produksi telur lebih tinggi yaitu 65 dan 60% lebih baik, peningkatan warna kuning telur dari 4 menjadi 8 pada kipas Rocche. Berdasarkan hasil penelitian disebutkan bahwa biaya ransum lebih murah yaitu Rp 2.100,- sampai Rp 2.650,- per kg dibandingkan ransum komersial yaitu sekitar Rp 3.500,-/Kg


BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan telaah pustaka yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa biaya pakan yang menempati porsi 60 – 80% dari biaya produksi ternak dapat ditekan melalui pemanfaatan bahan-bahan inkonvensional seperti limbah pertanian maupun limbah industry. Salah satunya adalah pemanfaatan daun ubi kayu tua sebagai pakan ternak. Berdasarkan hasil penelitian dari sebuah jurnal menyebutkan bahwa penggunaan tepung daun ubi kayu sebagai aditif pakan ternak itik mampu menurunkan biaya produksi, meningkatkan kepekatan warna kuning telur, serta mampu mengefisiensikan pertumbuhan itik.


DAFTAR PUSTAKA
Hardianto, R., D.E. Wahyono, C. Anam, Suryanto, G. Kartono dan S.R. Soemarsono. 2002. Kajian Teknologi Pakan Lengkap (Complete feed) sebagai peluang agribisnis bernilai komersial di pedesaan. Makalah Seminar dan Ekspose Teknologi Spesifik Lokasi. Agustus 2002. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Montaldo, J.J. 1973. Cassava in The Nutrition of Broilers. Proc. of on Interdicipplinary Workshop. London.

Grace, M.R. 1977. Cassava Processing. FAO of United Nations. Rome

Sabrina. 1997. Respon ayam broiler terhadap ransum yang mengandung hasil fermentsi kulit umbi ubi kayu.Thesis Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung.

Sabrina, Husmaini, G. Ciptan. Pemanfaatan Limbah Pertanian Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak Itik pada Kelompok Tani Harapan Baru Desa Jambak – Pitalah Kecamatan Batipuh Kabupaten Tanah Datar. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar