welcome to my site

sebuah perjalanan


Kecewa, 

Satu kata yang pada akhirya membuat aku tersadar bahwa hidup ini memang tak seharusnya bergantung pada sesama. Mulanya ku pikir langkah ini akan membawaku pada suatu pola dinamis yang tak monoton. Yah.. langkah itu berupa keluar dari ‘komunitas’ dan bergabung dengan ‘komunitas lain (justru pada saat momen momen final yang tak sembarangan).

Niat awal ku sungguh tak macam-macam, ada sedikit rasa jenuh yang kemudian mendorongku mengatakan iya saat ditawari untuk bergabung dengan mereka (biar enak ta’sebut kawan seperjuangan dah.. J). Dan sejak awal memang hati ini tak 100% ngeh dengan project yang digarap, selalu berasa ada aja yang salah (sekarang jadi berpikir, apa karena hati yang terlalu yakin ada yang salah maka jadinya rumit saat proses ya?? Huft.. wallahu’alam)

Awal dari segalanya terjadi saat aku sedang nongkrong depan laptop pinjaman (lengkap dengan modemnya) di masa KKN yang ga seru (lha gimane mo seru… tempat KKN nya aja di daerah Kota yang kelurahannya jadi binaan kelurahan unggulan se-Kota.. hadeeeehhh K). Pas lagi asyik facebook-an (Follow my Facebook @titinandiatina or Twitter @Tinzy_   tapi ga jamin bakal di approve,, hehe J), tiba-tiba Hp sambung (eh.. Samsung maksudnyee) type SGH C130 yang sekarang udah ga diproduksi lagi (warna item merah yang Slim kaya coklat) melengking dengan nyaringnya (lupa ding kalo ga salah dia bergetar, silent mode on, only vibrate    drrrrrr drrrrrr drrrrrr). Eh.. ternyata telpon dari salah satu calon kawan seperjuangan, ngajak gabung di kelompok dia untuk persiapan masa final, plus diembel-embeli sebagian besar kawan-kawan lain udah berkelompok. Yasud.. berhubung aku termasuk orang yang tak pernah bisa nolak tawaran secara langsung (jujur dah perkara menolak itu urusan paling susaaaah) ya akhirnya aku iyakan sambil nanya “sama siapa aje??” dia jawab “ sama ini, itu, anu sama fulan, trus kita juga uda nemuin bu boz buat konsul final session” ku bilang “oke”. Waktu itu di kala pikiran entah jernih entah butek (mikir KKN) kupikir bisa ada take ‘n give di kelompok ini, soalnya usut punya usut Cuma daku seorang yang lagi KKN, yang lain ngambil semester depan.. so.. there are manything they could do when I can’t join to prepare our project.  Mikir untung dulu ga masalah kan ya.. asal kan ada komitmen untuk mbantu dengan sepenuh hati, otak dan tenaga pas daku bisa datang, hehehe….

Detik demi detik… menit demi menit… jam  berganti jam (kaya amat ya gonta-ganti jam J) hari demi hari… malam demi malam… pekan demi pekan … hingga bulan pun bergonta ganti (haiiikkkssss.. lebay amiiiiit) proposal yang kita ajuin mentok di tahap satu. Mau ga mau hal ini membuat ku jadi berpikir untuk mundur, bukan karena pengecut (sorry ya.. mama ku ga ngajarin buat jadi pengecut :P)  , tapi lebih Karena project itu aku ga paham maunya gimana, itupun yang akhirnya membuat aku dan kawan-kawan seperjuangan tak pernah berhasil maju ke tahap dua. Tapi ya emang dasar aku orang paling ga enakan sedunia, mana berani ngomong aku pengen mundur dan nyari yang lain, bukan napa-napa takut nyakitin hati kawan yang lain… itu aja. Tapi keraguan pada project yang digarap tetap aja numbuh di hati, ga ilang-ilang. Dan mulailah keraguan itu memerankan perannya, membuat malas buat ngumoul dengan kawan seperjuangan hingga akhirnya lebih memilih untuk mengerjakan urusan organisasi dan partai (Partai mahasiswa bo.. bukan Parpol mayoritas di Indonesia. Eh intermezo dikit,,, sekarang titin jadi sekjend PKM alias Partai Keluarga Mahasiswa, partai yang berangkat dari latar beasiswa.. hehe..). tapi juga tak jarang rapat organisasi akhirnya harus ku tinggal dengan setengah hati karena kawan seperjuangan minta kumpul, akibatnya ya rapat diganti malem, pulang telat ke wisma, akhirnya nginep di wisma tetangga (nasib anakmu kadang sedih juga bunda.. hiksss).

Setelah dua minggu ngerasa setengah hati di team, ada satu hari yang kemudian membuatku merasa sangat bersalah untuk tidak sepenuhnya nggarap project dengan bener. Ok.. at last I change my mind, inget betapa gigihnya mereka menemui dosen demi dosen yang tak jarang aku absen untuk ikut (maklum lagi daftar partai buat PEMIRA, Sekjend gitu… :D), yang rela menunggu hingga sore dan ga mau diajak pulang meski kantor udah tutup (ini sempet bikin aku emosi berat) trus puncaknya pada sore saat kita ‘dimarahi’ si Bos karena dinilai project ga layak, malemnya meski gerimis rintik-rintik nyenggol bumi, kawan-kawan tetep nekat jalan buat nyari literature. Inilah puncak dari kata change my mind, pada akhirnya aku luluh dengan kegigihan mereka (dan tiba-tiba merasa malu). Aku mulai serius mencari dan mengkaji literature.

Semangat ku di malam pencarian literature bertahan hingga pagi, mengguatkan otak dan tangan untuk membuat gambaran project, bagan dan matrix project seperti yang diminta si Boz. Satu jam kelar… dan pagi itu pula kita menghadap si Boz untuk kesekian kalinya. Hati ku dikocok-kocok, sang ketua tema tak mau menghadapi si Boz, akhirnya aku maju ke depan si Boz. Yang miris dan membuatku pengen nangis ditahan-tahan ketika menghadap si Boz bukan karena kata-kata yang rada kasar (sampe ada acara ngelempar stopmap segala.. huhu.. pengalaman – tapi kata-katanya ada benernya juga si,, berasa oon dah gua) hingga tatap mata dan raut yang rada ga suka sama muka yang nongol di depannya (baca:muka penulis)  bukan itu. yang bikin sedih adalah kawan seperjuanganku ga ada yang angkat bicara sedikitpun. Halo,,, ini project bersama ye… ngapain gue ngomong kalo situ diem-diem aje nunduk liat tangan megang stopmap???
Hati yang kena bro… sakit hati ini, apalagi di tengah-tengah pake ada yang bilang mau mundur segala, atau indikatorku di kasih buat yang lain aja aku mundur… halo lagi sodara… komitmennya mana buat selalu bersama???. Jujur.. shock berat aku mendengarnya. Lalu untuk apa setiap jam yang kita lewati percuma buat nunggu?? Waktu-waktu yang terbuang percuma buat keliling tanpa tahu tujuan?? Setiap malam yang percuma untuk ngumpul tanpa hasil?? Energy yang terkuas buat mikir nyusun ransum?? Uang yang terbuang karena alasan refreshing??   Soal yang satu ini, untung kadang ga mudah tergoda, yah.. gila aja kalo tiap habis ngumpul (entah ngerjain apa yang ga jelas) mesti refresh, kayak pas ke ‘PH’  untung segera nyadar kalo duit di kantong lagi kropong (dan juga diselamatkan agenda pemira, hehe….) akhirnya ga jadi ikut dah.. duuuuuhhhh 

Kawan.. aku sadar sepenuhnya sadar, kalian tak menjawab bukan karena bodoh teramat bodoh, akupun mejawab bukan karena terlampau cerdas… ini mental kawan.. dan jujur akupun sadar sepenuhnya urusan mental memang sangat  tergantung tiap personal.. tapi ya, mana kegigihan kalian??? Kegigihan yang baru kemarin malam membuatku bertekad untuk all out menggarap project. Inikah tanda bahwa kalian maju hanya dengan modal nekat, tapi aku harus jujur nekat bersama kalian pada waktu itu membuatku merasa malu dan ingin sepenuhnya berjuang untuk tahap selanjutnya.

Dan yang lebih membuat ku tersenyum sedih adalah sesaat setelah keluar dari ruangan kalian (meski tak semua) bilang bahwa ‘aku udah ga sanggup, kita batalin aja untuk periode ini’  . heh.. kalian sadar senyum sinis ku?? Mana logika itu saat ku bilang dari pekan-pekan sebelumnya untuk dipikir ulang, mampu ga kita ngejar untuk persiapan project?? Aku sadar, orientasiku project berjalan dengan cost minim, tapi aku tahu urusan cost mungkin bukan perkara besar untuk kalian. Dan ah…. What must be happen at the end?

Sadar dan kembali aku berusaha menyadarkan diri ku sendiri, kehadiran kalian memang menghadirkan suatu rasa dinamis yang mengisi hari-hariku 3 bulan terakhir (setidaknya pemikiran awalku terkabul), kalian menyadarkanku bahwa urusan lelah fisik hanya sebentar dirasa, yang terpenting adalah proses kita untuk mendapat hasil yang ingin dicapai, aku kalah jauh dengan kegigihan fisik kalian, meski kadang merasa tak berguna hanya dengan diam duduk di atas shofa, tapi kesabaran kalian jarang ku dapati pada teman-teman ku sebelumnya, keterlambatan diriku tak pernah membuat kalian marah (setidaknya itu yang ku lihat). Dan lagi-lagi aku merasa malu, betapa tak mampunya aku memposisikan diri sendiri. Betapa tak mampunya aku menjalani kehidupanku sendiri. 


Duhai Allah yang maha membolak-balikkan hati
Aku rela Kau bolak-balik hatiku kemanapun
Aku rela Kau tunjukkan banyak jalan berliku pada ku
Aku ikhlas Kau menjatuhkanku
Aku ikhlas sepenuhnya ikhlas jika Kau membenamkanku dalam sengsara
Tetapi ya Rabb, aku mohon pada Mu
Meski hati ini terasa terlalu angkuh untuk menunduk
Tapi aku mohon cabutlah keangkuhannya
Luruhkanlah kekerasannya
Damaikanlah gejolaknya
Bukalah neuron otak ini untuk menerima asupan
Tapi jika ini menurut Engkau baik untukku
Jika ini mampu membuat bapak ibuku bahagia
Skali lagi duhai Rabb yang Maha Pemurah lagi Maha Berkuasa
Jika itu baik untukku, bapak-ibuku, keluargaku dan agamaku
Make yourself sure that everything happen to you are make you more strong
just make you more strong, even there are tears falling down from your eyes
it must make you more strong than ever

menjadi afirmatif baru :
more strong !!! more strong !!! more strong !!!
note : sambil tepuk jidat 3 kali  teplok teplok teplok 

Read More......